Selasa, 15 Januari 2013

deteksi dini pada kehamilan


1.       Deteksi dini pada kehamilan.
Pentingnya bagi bidan untuk menjelaskan kepada ibu tentang tentang tanda bahaya yang kemungkinan akan dialami ibu dan janin. Deteksi dini pada kehamilan antara lain:
a.       Abortus
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12% kehamilan akan berakhir dengan keguguran (60-80%) disebabkan oleh kelainan kromosom yang ditemui pada spermatozoa ataupun ovum.Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri.
Penanganan :
Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus.
1)      Abortus Imminens
·         Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
·         Jika perdarahan berhenti: lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan  penilaian  jika perdarahan terjadi lagi.
·         Jika perdarahan terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). khususnya jika ditemui uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukan kehamilan ganda atau mola.
2)      Abortus Insipiens(<16 minggu usia kehamilan)
·         lakukan efakuasi uterus dengan Aspirasi Vakum manual (AVM). Jika efakuasi tidak dapat segera dilakukan :
·         berikan ergometrium 0,2 mg I.M.(diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu)
·         segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
3)      Abortus Inkomplit
·         jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang dikeluarkan melalui serviks. Jika perdarahan berhenti beri ergometrium 0,2 mg I.M. atau mistoprostol 400 mcg per oral.
·         Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:berikan infus oksitosin 20 unit dalam 50 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau Ringger Laktat) dengan kecepatan 400 tetes par menit sampai terjadi eksfulsi hasil konsepsi.jika perlu berikaan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
4)      Abortus Komplit(tidak perlu evakuasi lagi)
·         observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan,perhatikan adanya anemia berat,lakukan transfuse darah.
b.Kehamilan ektopik
kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus Tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadi implintasi kehamilan ektopik (>90%),periksa ultrasonografi.
c.kehamilan mola =hamil anggur
disebabkan kelainan neoplasma trofoblas dimana jonjot-jonjot korion tumbuh berganda yang berupa gelembung kecil.tanda yang dicurigai jika pembesaran uterus tidak sesuai  usia kehamilan.
Penanganan:
·         Jika perdarahan,atasi syok dan keadaan umum ibu
·         Terapi sesuai kewenangan dokter.
d.Hipertensi gravidarum
Ditandai Tanda:tekanan darah(>140/90 mmHg) tinggi,proteinuria,edema.
Penanganan:
·         ANC teratur
·         Waspada preeklamsi
·         Diit rendah garam,lemak dan karbohidrat dan tinggi protein
·         Waspada komlikasi dan faktor predisposisi
e.Perdarahan pervagina
Biasanya lebih dari usia 20 minggu kehamilan,wapada plasenta previa.
a)      Plasenta previa
plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum,perdarahan merah segar, banyak tetapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri.
·         Periksa tanda tanda vital dan perbaikan keadaan umum
·         Jangan lakukan periksa dalam
·         USG
·         Beri terapi sesuai atau terminasi kehamilan
b)      Solusio plasenta
pelepasan plasenta sebelum waktunya(>22 minggu), Perdarahan yang disertai nyeri, bisa terjadi syok,Rahim keras seperti papan
 Penanganan solutio placenta:
  1. Lakukan uji pembekuan darah. Kegagalan terbentuknya bekuan darah setelah 7 menit atau terbentuknya bekuan darah lunak yang mudah terpecah menunjukkan adanya koagulopati
  2. Transfusi darah segar
  3. Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi), lakukan persalinan segera, jika :
-        pembukaan serviks lengkap, persalinan dengan ekstraksi vacum
-       Pembukaan serviks belum lengkap, persalinan dengan seksio saesarea.
B.Deteksi dini pada persalinan.
DETEKSI DINI PADA KALA I
1.       INERSIA UTERI
a.   TANDA DAN GEJALA
  • His tidak adekuat
  • < 2 kali dalam 10 menit
  • < 20 detik
b.   MANAJEMEN
  • Nutrisi cukup
  • Mobilisasi / ubah posisi
  • Upayakan kandung kemih/rectum kosong
  • Rangsang putting susu

2.   DENYUT JANTUNG JANIN
a.  TANDA DAN GEJALA
  • < 120 kali dalam 1 menit
  • > 160 dalam 1 menit
b. MANAJEMEN
  • Beri Oksigen
  • Ibu berbaring miring kekikiri
  • Pantau DJJ tiap 15 menit
  • Bila dalam 1 jam tidak normal rujuk

 DILATASI SERVIK
a.  TANDA DAN GEJALA
  • Fase laten > dari 8 jam
  • Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada partograf
b.  MANAJEMEN
  • Rujuk

  CAIRAN KETUBAN
a.   TANDA DAN GEJALA
  • Bercampur mekonium
  • Air ketuban hijau kental
  • Berbau
b.   MANAJEMEN
  • Beri oksigen
  • Beri antibiotik
  • Rujuk dengan ibu miring kekiri
 TEKANAN DARAH
aTANDA DAN GEJALA
  • Bila TD naik hingga > 160/110 mmHg
  • Pusing yang hebat
  • Mata berkunang – kunang
  • Kejang
b. MANAJEMEN
  • Infus cairan RL
  • Rujuk

6. BANDEL RING
a.  TANDA DAN GEJALA
  • Nyei yang hebat pada perut bagian bawah
  • Kontraksi hipotonik
  • Muncul tanda-tanda pre syok
  • Foetal distress
b.  MANAJEMEN
  • Infus cairan RL
  • Rujuk
7.  SUHU
a. TANDA DAN GEJALA
  • Suhu . 38 C
b.   MANAJEMEN
  • Istirahat baring
  • Minum banyak Kompres untuk menurunkan suhu
  • Bila dalam 4 jam suhu tidak turun, beri antibiotik à rujuk
8. NADI
a. TANDA DAN GEJALA
  • Nadi > 100 x/menit
  • Nadi > 100 x/menit + urine pekat
  • Nadi > 100 x/menit + suhu > 38
b.   MANAJEMEN
  • Beri minum banyak / cukup
  • Pantau 2 jam
  • Bila tidak ada perbaikan beri antibiotic, pasang infus RL
  • Rujuk

  DETEKSI DINI PADA KALA II
1. TALI PUSAT MENUMBUNG
a. TANDA DAN GEJALA
  • Teraba tali pusat saat pemeriksaan dalam
b.  MANAJEMEN
  • Bila DJJ + rujuk degan posisi terlentang dan kepala janin ditahan oleh 2 jari penolong dari dalam vagina atau
  • Ibu dengan posisi sujud bokong lebih tinggi dari kepala
  • Bila DJJ – beritahu ibu / keluarga tentang kondisinya dan penatalaksananya sesuai persalinan kala I

2. PERUBAHAN DAN POLA DENYUT JANTUNG JANIN
a.  TANDA DAN GEJALA
  • Takikardi ( DJJ > 160 dalam 10 menit )
  • Bradikardi ( DJJ < 100 dalam 10 menit )
b.  MANAJEMEN
  • Pantau DJJ tiap 15 menit
  • Beri O2
  • Ubah posisi ibu dengan miring kekiri
  • Periksa adanya prolap tali pusat
  • Pastikan lama persalinan yang diharapkan
  • Bila tidak ada perbaikan rujuk

3.  KELELAHAN MATERNAL
a.  TANDA DAN GEJALA
  • Ibu tampak lemah
  • Apatis
  • Dehidrasi
  • Dehidrasi
  • Suhu dan nadi meningkat
b. MANAJEMEN
  • Pencegahan adalah cara yang terbaik
  • Koreksi ketidak seimbangan cairan/elektrolit
  • Rujuk bila keadaan menurun

4.  DISTOSIA BAHU
Adalah kepala janin telah dilahirkan tetapi bahu tersangkut tidak dapat dilahirkan.

5.   DISPROPORSI SEFALOPELVIK
Adalah ketidak seimbangnya antara ukuran bayi dengan ukuran panggul sehingga terjadi partusmacet

6.  PARTUS MACET
Adalah tidak ada kemajuan pada kala II dalam hal :
  • Penurunan bagian bawah janin
  • Putaran paksi dalam
  • His adekuat

DETEKSI DINI PADA KALA III
1. Tidak adanya tanda – tanda pelepasan plasenta
2. Plasenta tidak lepas dalam 15 menit setelah bayi lahir dan pemberian oksitosin
3. Uterus tidak kontraksi
4. Perdarahan yang abnormal
DETEKSI DINI PADA KALA IV
·         Tidak adanya kontraksi pada rahim,curigai sisa plasenta yang tertinggal
·         Adanya hematoma karena laserasi sehinngga terjadi pembengkakan

C.Deteksi dini masa nifas.
Ø  Perdarahan pervagina
perdarahan postpartum adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.Hemorargi post partum primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.
Penyebab:
a. Uterus atonik (terjadi karena misalnya: plasenta atau selaput ketuban tertahan).
b. Trauma genetalia (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat pelaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomi).

Hemorargi post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian PPH yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum
Penyebab:
1. Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan.
2. Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks, vagina kandung kemih, rectum).
3. Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio caesaria, ruptur uterus).
Penatalaksanaan:
1. Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah.
2. Kaji kondisi pasien(tanda-tanda vital dan kontraksi) dan banyaknya darah yang keluar. Jika syok, pastikan jalan nafas dalam kondisi terbuka,
3. Berikan oksitosin (oksitosin untuk 10 iu IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).
4. Siapkan donor untuk tranfusi, ambil darah untuk cross cek, berikan NaCl 11/15 menit apabila pasien mengalami syok.
5. Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
6. Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40 iu oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40 tetes/menit. Usahakan tetap menyusui bayinya.
7. Jika perdarahan persisten dan uterus tetap relaks, lakukan kompresi bimanual.
8. Jika perdarahan persisten dan uterus tetap berkontraksi dengan baik, pastikan laserasi jalan lahir.
9. Jika ada indikasi mungkin terjadi infeksi maka berikan antibiotik.
10. Lakukan pencatatan yang akurat.evaluasi 24-48 jam.
2. Infeksi masa nifas.
sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang terjadi pada setiap saat 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua atau lebih dari hal-hal berikut ini:
a. Nyeri pelvik.
b. Demam 38,5 0C atau lebih.
c. Rabas vagina yang abnormal.
d. Rabas vagina yang berbau busuk.
e. Keterlambatan dalam penurunan uterus.
3. Kelainan payudara.
1. Bendungan air susu ibu.
Selama 24-48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut bendungan air susu atau “caked breast”, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekuser regular untuk terjadi laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdestensi sistem lakteal oleh susu.
Penatalaksanaan:
a. Keluarkan ASI secara manual/ASI tetap diberikan pada bayi.
b. Menyangga payudara dengan BH yang menyokong.
c. Kompres dengan kantong es.
d. Pemberian analgesik.
2. Mastitis.
umumnya baru ditemukan setelah minggu ketiga atau keempat. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa menggigil, yang segera di ikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras serta kemerahan, dan pasien mengeluhkan rasa nyeri.
Gejala mastitis.
a. Gejala mastitis non-infeksius adalah:

1) Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang akut.
2) Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras didaerah nyeri tekan tersebut.
3) Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja.
b. Gejala mastitis infeksius adalah :
1) Ibu mengeluh lemah dan sakit pada otot
2) Ibu dapat mengeluh sakit kepala.
3) Ibu demam.
4) Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara.
5) Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya.
6) Terjadi pembengkakan pada payudara.
Penatalaksanaan.
Bila payudara tegang dan kemerahan maka:
a. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
b. Sangga payudara.
c. Kompres dingin.
d. Bila diperlukan, berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
e. Ibu harus di dorong menyusui meskipun ada pus.
f. Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik untuk mengurangi demam dan nyeri.
g. Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (>39 0C), periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi.
i. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
Mengajari ibu tanda-tanda bahaya.
Ajarkan ibu jika melihat hal-hal berikut atau perhatikan bila ada sesuatu yang tidak beres, sehingga perlu menemui seseorang bidan dengan segera :
a. Pendarahan hebat atau peningkatan pendarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika pendarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut dalam waktu setengah jam)
b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras
c. Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung
d. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan
e. Pembekangkan pada wajah dan tangan
f. Demam, muntah, rasa sakit saat berkemih atau merasa tidak enak badan
g. Payudara merah, panas,dan/atau sakit
h. Kehilangan selera makan untuk waktu yang lama
i. Rasa sakit, warna merah, nyeri tekan dan/atau pembengkakan pada kaki
j. Merasa sedih atau merasa tidak mampu mengurus diri sendiri dan bayinya
k. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah




0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar